Unordered List

Ordered List

Sunday, 4 January 2015

Tabrakan kereta api di kebasen / maja vs senja

31 JANUARI 1981
Maja vs senja

HUJAN mengguyur kawasan Kabupaten
Banyumas (Ja-Teng) sejak Selasa petang.
Menjelang Rabu 21 Januari, dinihari
bertambah deras. Angin kencang bertiup,
kilat dan petir menyambar. Dalam cuaca
subuh yang menusuk tulang itu Sakim masih
terjaga di stasiun kecil Kebasen, 12 km di
utara Kroya. Kepala stasiun itu menerima
isyarat bahwa KA Senja IV jurusan Jakarta-
Yogya meninggalkan Stasiun Purwokerto.
Juga ketika kereta berlokomotif nomor
CC-20133 itu melintasi stasiun kecil Notog, 7
km di utara Kebasen. Sementara itu dari
arah berlawanan juga diterima isyarat
bahwa KA Maja (Madiun-Jakarta) yang
berloko CC-201255, lepas dari Kroya. Kedua
kereta itu memang biasa melakukan kruis
(persilangan) di Kebasen.

Petugas PPKA
(Pengatur Perjalanan Kereta Api) di stasiun
ini segera memasang sinyal untuk
menghentikan Maja. Sebab yang berhak
lewat duluan adalah KA Senja yang kelasnya
lebih tinggi. Si Maja melaju terus. Para
petugas PPKA panik. Penjaga pintu kereta,
Usen, menyalakan lampu baterai sambil
berteriak-teriak. Di tengah hujan deras,
upaya seperti itu nampaknya tanpa guna.
Petugas lain di Kebasen mengacungkan
lampu merah, tapi Maja semakin mendekat
juga. Kepala Stasiun Kebasen, Sakim, juga
berteriak-teriak sambil menggoyang-
goyangkan sinyal. Semuanya tak menolong.
Orang-orang yang lelap tidur kedinginan di
stasiun kecil itu terjaga. Tanpa hirau, Maja
melewati Kebasen, dipacu melawan hujan,
menembus kabut . . .

Beberapa menit
berlalu, Senja keluar dari terowongan
Kalirajut di lereng Gunung Payung. Pada saat
yang hampir bersamaan, Maja pun
menyeberangi jembatan Sungai Serayu.
Sekarang kedua kereta itu melintasi rel yang
berlika-liku di kaki pebukitan. Ketika itu
masinis Senja, F.X. Sulimin, 29 tahun, sudah
menampak sorot lampu Maja. Tapi
pandangan masinis Maja, Suradi, 28 tahun,
terhalang oleh bukit. Kedua kereta yang
masing-masing diperkirakan berkecepatan
50 km/jam itu kini keluar dari tikungan.
Tabrakan tak mungkin dihindari. Dan persis
di Pinggir Sungai Serayu, tiba-tiba terdengar
ledakan hebat. Kedua kereta api bermasinis
muda itu pun bertabrakan. "Seperti ada
petir dan gempa bumi," tutur Ny. Supinah
yang rumahnya persi di bawah lereng rel
tempat musibah itu. Kedua loko itu saling
berhantam, saling berkait, sulit dilepas. Dan
sama-sama rusak berat. Dua gerbong di
belakang kedua loko remuk sama sekali.
Gerbong ini melompat, menindih loko
Kereta makan. KA Maja terguling hancur.
Dua gerbong kelas utama dan restorasi KA
Senja tergencet. Gerbong-gerbong di
belakang rusak ringan. Mantri Polisi Desa
Tasmidi, tetangga Ny. Supinah, terbangun. Ia
berteriak minta tolong sambil memukul
kentongan. Seluruh warga Dukuh
Wadastumpang, Desa Kaliwangi, Kecamatan
Tambaknegara (Kabupaten Banyumas)
terjaga. Segera terdengar kentongan
bersahutan.

Hujan masih menderas di
tengah gelap. Tapi ingin seakan tak lagi
terasa. Telepon Khusus Penduduk Desa
Kaliwangi yang hanya 30 kk (tinggal
berpencar di lereng bukit) mengerumuni
kereta api yang bertabrakan itu. Ada yang
membawa obor, lampu patromak, senter.
Yang lain kembali ke rumah mengambil
tangga bambu untuk menurunkan para
korban. Dari dalam gerbong yang gelap
terdeengar rintihan dan jerit anak-anak.
Rumah Ny. Supinah, Tasmidi dan dua
tetangga dekat lainnya yang berdinding
gedek berlantai tanah, menjadi tempat
penampungan sementara. Menjelang fajar,
seorang penduduk mengayuh sepeda ke
kecamatan mencari bantuan kendaraan
untuk mengangkut 35 orang korban luka
parah ke Puskesmas Rawalo yang berjarak 6
km, untuk kemdian dibawa ke RSU
Purwokerto. Sampai Sabtu lalu masih enam
orang dirawat, yang lain sudah dijemput
keluarga masing-masing. Yang meninggal
tujuh orang. Di antara mereka terdapat dua
pensiunan TNI-AD: Pelda Subardjan dan
Peltu Wagiran, yang "mengawal" dagangan
ayam dari Pasar Beringharjo (Yogya) ke
Jakarta (lihat Box).

Pihak PJKA
menggolongkan musibah itu dengan istilah
perkereta-apian yang disebut PLH alias
peristiwa luar biasa hebat. Baik Kepala PJKA
Eksploatasi Tengah Soegiarto maupun
humasnya, Soepaat, tak habis mengerti
mengapa masinis KA Maja, Soeradi,
melanggar sinyal di Kebasen. "Seorang
masinis tak bisa mengubah peraturan dan
aba-aba PPKA," sahut seorang pejabat PJKA
di Purwokerto. KA Maja rupanya berlari
kelewat kencang. Hal ini dibuktikan oleh
seorang petugas teknik Balai Yasa
Yogyakarta: pengatur kecepatan (handle
controle) di loko Maja terpasang pada
posisi tinggi sedang di loko Senja pada
posisi idle, alias menganggur. "Ini berarti
masinis Senja sempat mengerem
melihat sorot lampu Maja yang barusan
melewati jembatan Serayu," katanya. Ketika
meninjau tempat musibah, Kamis lalu,
Menteri Perhubungan Rusmin Nuryadin
memperbincangkan perlunya peralatan KA
dimodernkan. "Di samping hubungan antar
stasiun yang sudah lancar, perlu dipikirkan
hubungan antar stasiun dengan petugas di
kereta yang sedang berjalan," kata menteri
kepada sejumlah pejabat teras PJKA.


Hubungan antar stasiun sampai yang terkecil
pun, terutama di Jawa, saat ini lancar. Ada
saluran telepon khusus di samping morse
yang tradisional itu. "Tapi hubungan stasiun
dengan masinis dan kondektur di kereta
yang sedang berjalan, memang belum ada,"
ujar Humas PJKA Eksploatasi Tengah,
Soepaat. Sejak dua tahun ini sudah dirintis
hubungan radio, tapi belum jalan.




www.majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1981/01/31/DH/mbm.19810131.DH50775.id.html

Unknown

About Unknown

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :